Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 26 September 2013

Panduan PKM

selengkapnya klik disini..!

Rabu, 17 Juli 2013

Global Warming


Pemanasan Global (inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
http://www.fedupusa.org/wp-content/uploads/2013/01/Global-Warming-2.gifBanyak yang terjadi dan fenomena yang aneh akibat pemansan global ini, diantara lain ialah, terjadinya cuaca ekstrim alias tidak menentu. salah satu faktor penyebab hal itu suhu pada permukaan bumi yang tidak stabil, yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara kondisi di dasar dengan udara. dan terjadi perubahan arah mata angin yang tidak menentu.





Apakah pemanasan global bisa di atasi? jawabannya adalah bisa, asalkan kita sebagai manusia sadar dan peduli tentang kondisi alam yang sekarang ini sedikit bahkan banyak mengalami perubahan. perubahan dalam bentuk kekurangan keseimbangan yang terjadi. Penanaman pohon secara intensif dilakukan, ialah salah satu bentuk pencegahan ataupun pengendalian terhadap pemansan global sekarang ini. Tumbuhan yang mengahsilkan oksigen sangat di perlukan untuk menutupi lubang pada ozon. Sehingga, pencegahan dapat dihasilkan secara baik dan mengurangi dampak dari Global Warming.

Selasa, 11 Juni 2013

Ekonomi Biru yang Terdampar

Semua orang jika melihat pemandangan pantai yang indah, pasti akan takjub akan keindahan tersebut. Tetapi apa kita sadar bahwa hal yang tampak indah perlu dilestarikannya. Dari foto di samping coba kita renungi bersama, betapa burukkah kondisi pantai yang sekarang ini terjadi. Banyak sampah yang berhamburan berenang mengelilingi air laut. Ini salah satu contoh dari kondisi perairan di Muncar. Mengapa bisa terjadi seperti ini? jawabannya ada pada letak kesadaran manusia itu sendiri. Di Muncar adalah salah satu penghasil ikan terbesar di Banyuwangi yang sekarag ini menjadi problema.

Lihat apa yang terjadi pada pemancing tersebut. Dengan penuh kesabaran menunggu kail yang di umpan di sambar oleh ikan, dalam satu haripun upah yang diterima tidaklah sebesar yang diharapkan. Namun, nasib para nelayan tidaklah begitu diperhitungkan. Jika dibandingkan dengan para pejabat yang menikmati gaji mewah tetapi tidak punya rasa belas kasihan. Contohnya saja korupsi yang semakin merajalela dan tak kunjung ada penyelesainnya secara tuntas. Faktor hukum bisa ditebus dengan uang yang mengakibatkan maraknya hal tersebut merajalela.

Dan bagaimana dengan nasib mereka? Mereka calon pemimpin yang menjadi korban dari ketidakadilan selama ini. Apakah kelak mereka akan tumbuh sebagai anak yang bisa di andalkan jika tidak didukung dengan ekonomi yang mewadahi. Perlu kesadaran bersama antara masyarakat bawah dan masyarakat atas untuk terciptanya keinginan mewujudkan Indonesia menjadi lebih baik.

Laporan Penelitian di Pulau Merah Banyuwangi





LAPORAN
Penelitian Di Pulau Merah

Oleh :
ANAS MAHFUD
Nim : 42.12.0937
Prody Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan






FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
BANYUWANGI
2013





PENELITIAN TERHADAP UNSUR OSEANOGRAFI Y
DI PULAU MERAH

Latar Belakang
             Pulau Merah, salah satu destinasi wisata pantai di Banyuwangi, Jawa Timur, yang bersolek. Pantai berpasir putih dengan latar belakang bukit bertanah merah. Terdapat suatu keindahan tersendiri jika melihat bahkan menikmati suasana pantai yang masih alami. Namun di balik dari keindahan yang ada, terdapat unsure unsure oseanografi yang bisa di teliti untuk membentuk perairan yang lebih baik. Salah satu unsure yang ada di pulau merah dan termasuk juga dalam bidang oseanografi salah satunya ialah suhu, salinitas, gelombang, dll. Itu semua terdapat dalam suatu wilayah yang dinamakan Pulau Merah.
            Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendata setiap perubahan yang terjadi dalam unsure oseanografi. Penelitian tersebut juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar yang untuk upaya atau tindakan yang harus dilakukan untuk menopang perekonomian. Salah satunya mendirikan warung untuk menyediakan aneka makanan siap saji bagi para pengunjung. Karena pulau merah kemungkinan besar tidak bisa dilakukan dalam hal untuk mencari ikan, lebih khusunya memancing. Maka, masyarakat sekitar memanfaatkan wilayah yang masuh cukup luas untuk berdagang.
Manfaat
            Adanya penelitian yang dilakukan akan membawa perubahan positif untuk kedepan. Dalam hal untuk mempromosikan bahwa pantai yang masih alami bisa menarik wisatawan asing maupun domestic untuk pergi kesana. Perlu menjaga terhadap kerusakan alam karena factor internal maupun factor eksternal.
Tujuan
            Kondisi alam harus dijaga karena alam berpengaruh besar terhadap makhluk hidup lainnya. Pantai termasuk alam yang memiliki banyak mahkluk hidup yang ada didalamnya. Maka, tindakan yang akan dilakukan harus mempunyai nilai positif untuk kedepannya.

Hasil Penelitian di Pulau Merah


A.    Potensi Alam
Kabupaten paling timur Provinsi Jatim, Banyuwangi sejak lama dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki segudang potensi pesona wisata alam yang begitu indah, selain juga kesenian tradisionalnya yang enerjik dan menggoda. Beberapa objek wisata alam yang banyak diminati wisatawan mancanegara dan lokal, antara lain Kawah Gunung Ijen, Kampung Osing (warga asli Banyuwangi), Wisata Perkebunan Kalibaru, Pantai Sukamade dengan panangkaran penyu-nya, dan Pantai Plengkung atau turis-turis asing biasa menyebutnya "G-Land".

            Di luar nama-nama itu, "Bumi Blambangan" masih menyimpan satu objek wisata alam pantai lain yang tidak kalah menarik dan eloknya, yakni Pantai Pulau Merah. Seperti halnya Plengkung, Pantai Pulau Merah merupakan salah satu objek wisata yang terletak di kawasan pantai selatan dengan kondisi yang masih alami.

             Sekira tahun 1990-an, kawasan Pantai Pulau Merah pernah rusak parah akibat diterjang bencana tsunami. Namun, kini keindahan pantai itu sudah kembali dan menjadi alternatif pilihan rekreasi bagi wisatawan. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi di bawah kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas juga memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan kawasan wisata ini, salah satunya dengan memperbaiki akses jalan menuju lokasi.

B.     Hasil Penelitian
Dengan menggunakan alat ukur yang telah dibawa sebelumnya, dapat diketahui data yang sebagai berikut :
Unsur unsur
Hasil
PH
7,8
Suhu
28,6 C
Salinitas
30‰
oksigen
7 mg/l

Dari hasil tersebut bahwa perairan di pulau merah cukup baik untuk ikan hidup didalamnya. Namun kondisi alam yang tidak memungkinkan untuk ikan bertahan dikarenakan ombak yang terlalu besar, hanya ikan ikan tertentu yang mampu bertahan hidup dengan kondisi alam seperti itu. Untuk itu tidak terlihat ada nelayan yang memancing di wilayah pantai tersebut.
Dari hasil wawancara yang dilakukan bahwa, gelombang tinggi bisa mencapai 3 meter. Dan surut terendah sampai hampir mencapai pulau yang ada di tengah tersebut.
C.    Permasalahan
Terdapat warung yang ada di sekitar pantai tersebut. Jika pemilik warung tersebut membuang sampah warung tersebut ke sembarang tempat dan pada musim penghujan, sampah tersebut mengalir ke laut. Maka, akan mengganggu kelestarian di pantai.
D.    Solusi dan Saran
Seharusnya pemerintah desa mengajak para pemilik warung untuk membangun tempat yang agak jauh dari pantai. Sehingga pantai akan terlihat sedikit agak lebar dan untuk tempat wisatawan beristirahat. Dan wilayah seperti itu sangat cocok kika dilakukan sebagai wilayah konservasi, dimana untuk menjaga kelestarian yang masih alami dan sebagai objek wisata yang memberikan nilai positi bagi perekonomian masyarakat.
E.     Kesimpulan
Pulau merah termasuk dalam wilayah yang masih alami. Kondisi alam yang sangat menarik dan bergelombang besar akibat pertemuan samudera besar yang berbeda arah arusnya. Sehingga terjadi hantaman dua arus yang mengakibatkan terjadinya gelobang tersebut. Jika melihat dari table di atas, sebenarnya perairan di Pulau Merah masih dikategorikan sebagai perairan yang masih baik. Letak pantai juga mempengaruhi kualitas perairan, sekitar pantai tidak terdapat adanya bangunan industry, misalnya pabrik. Tetapi ada kekurangan yang terlihat tampak jelas yaitu tidak adanya nelayan yang memancing di sekitar pantai. Dikarenakan ada unsure budaya yang dominan di masayarakat sekitar bahkan unsure alam yang tidak memungkinkan adanya nelayan untuk memancing.

Makalah Padang Lamun




MAKALAH
PADANG LAMUN

Oleh :

ANAS MAHFUD






FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
BANYUWANGI
2012



BAB 1
PENDAHULUAN


1.      LATAR BELAKANG
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan (Bengen, 2001).
Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g karbon/m2/hari. Oleh sebab itu padang lamun merupakan lingkungan laut dengan produktifitas tinggi(Fahruddin, 2002).
2.      MANFAAT
1. Mahasiswa dapat memahami fungsi ekosistem padang lamun.
2. Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan dan pengelolaan ekosistem padang lamun dan contoh pengelolaan ekosistem padang lamun yang baik.
3.      TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui bahwa pentingnya ekosistem padang lamun untuk dilindungi serta merencanakan upaya pengelolahan ekosistem padang lamun agar terhindar dari kerusakan sedangkan manfaat yang diperoleh dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai ekosistem padang lamun.

Bab 2 
Pembahasan
 
1.1  Pengertian padang lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub.
Peranan padang lamun secara fisik di perairan laut dangkal adalah membantu mengurangi tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen yang terlarut dalam air dan menstabilkan dasar sedimen. Peranannya di perairan laut dangkal adalah kemampuan berproduksi primer yang tinggi yang secara langsung berhubungan erat dengan tingkat kelimpahan produktivitas perikanannya. Keterkaitan perikanan dengan padang lamun sangat sedikit diinformasikan, sehingga perikanan di padang lamun Indonesia hampir tidak pernah diketahui. Keterkaitan antara padang lamun dan perikanan udang lepas pantai sudah dikenal luas di perairan tropika Australia (Zulkifli, 2003).
Selain itu, padang lamun diketahui mendukung berbagai jaringan rantai makanan, baik yang didasari oleh rantai herbivor maupun detrivor. Nilai ekonomis biota yang berasosiasi dengan lamun diketahui sangat tinggi. Ekosistem padang lamun memiliki nilai pelestarian fungsi ekosistem serta manfaat lainnya di masa mendatang sesuai dengan perkembangan teknologi, yaitu produk obat-obatan dan budidaya laut. Beberapa negara telah memanfaatkan lamun untuk pupuk, bahan kasur, makanan, stabilisator pantai, penyaring limbah, bahan untuk pabrik kertas, bahan kimia, dan sebagainya.
Ekosistem padang lamun sangat rentan dan peka terhadap perubahan lingkungan hidup seperti kegiatan pengerukan dan pengurugan yang berkaitan dengan pembangunan pelabuhan, real estate, sarana wisata, pembuangan sampah organik cair, sampah padat, pencemaran oleh limbah industri terutama logam berat, pencemaran limbah pertanian dan pencemaran minyak serta penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti potasium sianida dan sabit/gareng. Kondisi ini dapat menurunkan kemampuan daya dukung (carrying capacity) ekosistem padang lamun dalam fungsinya sebagai tempat produksi ikan (Husni, 2003).
Berbagai praktek pemanfaatan sumberdaya alam yang hanya memperhatikan keuntungan jangka pendek, seperti penangkapan ikan dengan bahan peledak dan beracun, penangkapan yang berlebihan, dan kegiatan pembangunan baik di darat maupun di laut yang tidak memperhatikan kelestarian ekosistem ini serta terjadinya konflik penggunaan di dalam pemanfaatannya memperlihatkan masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai manfaat ekosistem ini. Rendahnya kesadaran masyarakat akan berakibat rendahnya peran serta dari masyarakat dalam upaya pengelolaannya. Hal ini tercermin tiadanya swakarsa masyarakat setempat, misalnya untuk menentukan daerah reservat perikanan yang dilindungi agar menjadi sumber bibit bagi lingkungan sekitarnya (Zulkifli, 2003).
Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut.Hewan yang hidup dipadang lamun ada yang sebagai penghuni tetap dan ada pula yang bersifat sebagai pengungjung. Ada hewan yang datang untuk memijah seperti ikan dan ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun Syriungodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii (Husni, 2003).
Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewan–hewan nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan fauna.
Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama, sebagian padang lamun akan tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah Enhalus acoroides, sehingga burung-burung berdatangan mencari makann di padang lamun ini (Bengen, 2001).
Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut (Bengen, 2001):
2.1  Jenis jenis lamun
1.Thalassia hemprichii
Seludang daun tampak nyata dan keras dengan panjang berkisar 3-6 cm.rimpang keras, menjalar, ruas-ruas rimpang mempunyai seludang Daun lurus sampai sedikit melengkung,tepi daun tidak menonjol, panjang 5 -20 cm lebar mencapai 1 cm.
2.Halophila ovallis
Daun berbentuk oval dan mempunyai petiole (tangkai daun).lebar lebih dari 0,5 cm dan panjang berkisar 1-4 cm , disertai dengan garis-garis tulang daun yang tampak jelas sebanyak 10-25 pasang.
3. Chymodocea rotundata
Tumbuhan tampak ramping, daun melengkung dan tidak mengecil ke arah bagian ujung daun melengkung ke dalam
4. Cymodocea serrulata
Kenamapakan lamun ini mirip dengan cymodocea rotundata,tetapi ujung daunnya bergerigi dan tidak melengkung kedalam, rimpang keras
5. Halodule uninervis
 Secara umum tumbuhan mirip
halodule pinifolia, tetapi dau lebih lebar(mencapai 4 mm). Ujung daun mempunyai tiga gigi, dua di pinggir, satu di tengah.


3.1  Morfologi lamun
Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun (seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Sedangkan sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut ekosistem padang lamun (seagrass ecosystem).
Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain adalah :
1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir.
2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang.
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung.
4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
5. Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air termasuk daur generatif.
6. Mampu hidup di media air asin.
7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik.
4.1  Fungsi
Ekosistem padang lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:
1. Fungsi ekologi
a. Sebagai produsen primer
Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975).
b. Sebagai habitat biota
Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai organisme epifit. Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977).
c. Sebagai penangkap sedimen
Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi ( Gingsburg & Lowestan 1958).
d. Penyaring limbah
Lamun dapat mengakumulasi limbah yang masuk ke perairan.
2. Fungsi ekonomi
a. Digunakan untuk kompos dan pupuk,
b. Cerutu dan mainan anak-anak,
c. Dianyam menjadi keranjang,
d. Tumpukan untuk pematang,
e. Mengisi kasur,
f. Beberapa jenis lamun yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti samo-samo (Enhalus acroides),
g. Dibuat jaring ikan,
h. Bahan untuk pabrik kertas,
i. Obat-obatan,
j. Wisata bahari,
k. Areal marikultur (ikan, teripang, kerang tiram dan rumput laut),
l. Tempat pemancingan.
5.1  Jenis dan potensi
Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Dari 20 jenis lamun yang dijumpai di perairan Asia Tenggara, 12 di antaranya dijumpai di Indonesia. Dari beberapa jenis lamun, Thalasiadendron ciliatum mempunyai sebaran yang terbatas, sedangkan Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau, Anyer, Baluran, Irian Jaya, Belitung dan Lombok. Begitu pula Halophila decipiens baru ditemukan di Teluk Jakarta, Teluk Moti-Moti dan Kepulaun Aru (Den Hartog, 1970; Azkab, 1999; Bengen 2001). Penyebaran padang lamun di Indonesia cukup luas, mencakup hampir seluruh perairan Nusantara yakni Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Dari seluruh jenis, Thalassia hemprichii merupakan yang paling dominan di Indonesia.

Gambar 2. Peta sebaran lamun di Indonesia (Sumber: KLH, 2008; Dipetakan kembali dari Peta Sebaran Terumbu Karang Coremap 2006)
6.1  Zonasi
Zonasi lamun secara vertikal sebagai berikut:
1. Zona intertidal, dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi oleh Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia.
2. Zona intertidal bawah, didominasi oleh Thalassodendron ciliatum.
Komunitas lamun biasanya ada dalam area yang luas dan rapat. Secara umum komunitas lamun dibagi menjadi 3 asosiasi spesies sehingga membentuk suatu zonasi lamun (Brouns dan Heijs, 1991), yaitu:
1. Padang lamun monospesifik (monospesifik seagrass beds)
Hanya terdiri dari 1 spesies saja. Akan tetapi keberadaannya hanya bersifat temporal dan biasanya terjadi pada phase pertengahan sebelum menjadi komunitas yang stabil (padang lamun campuran).
2. Asosiasi 2 atau 3 spesies
Ini merupakan komunitas lamun yang terdiri dari 2 sampai 3 spesies saja. Dan lebih sering dijumpai dibandingkan padang lamun monospesifik.
3. Padang lamun campuran (mixed seagrass beds)
Padang lamun campuran umumnya terdiri dari sedikitnya 4 dari 7 spesies berikut: Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, dan Thalassia hemprichii. Tetapi padang lamun campuran ini, dalam kerangka struktur komunitasnya, selalu terdapat asosiasi spesies Enhalus acoroides dengan Thalassia hemprichii (sebagai spesies lamun yang dominan), dengan kemelimpahan lebih dibanding spesies lamun yang lain
7.1  Permasalahan yang terjadi di ekosistem padang lamun
Ekosistem lamun sudah banyak terancam termasuk di Indonesia baik secara alami maupun oleh aktivitas manusia. Besarnya pengaruh terhadap integritas sumberdaya, meskipun secara garis besar tidak diketahui, namun dapat dipandang di luar batas kesinambungan biologi. Perikanan laut yang meyediakan lebih dari 60% protein hewani yang dibutuhkan dalam menu makanan masyarakat pantai, sebagian tergantung pada ekosistem lamun untuk produktivitas dan pemeliharaanya. Selain itu kerusakan padang lamun oleh manusia akibat pemarkiran perahu yang tidak terkontrol (Sangaji, 1994).
Ancaman-ancaman alami terhadap ekosistem lamun berupa interaksi populasi dan komunitas (pemangsa dan persaingan), pergerakan sedimen dan kemungkinan hama dan penyakit, vertebrata pemangsa lamun seperti dugong. Di antara hewan invertebrata, bulu babi adalah pemakan lamun yang utama. Meskipun dampak dari pemakan ini hanya setempat, tetapi jika terjadi ledakan populasi pemakan tersebut akan terjadi kerusakan berat. Gerakan pasir juga mempengaruhi sebaran lamun. Bila air menjadi keruh karena sedimen, lamun akan bergeser ke tempat yang lebih dalam yang tidak memungkinkan untuk dapat bertahan hidup (Sangaji, 1994).
Di kawasan pantai, manusia melakukan pengerukan dan pengurugan demi pembangunan pemukiman pantai, indusri, dan saluran navigasi. Hal ini mengakibatkan padang lamun rusak total. Di samping itu, terdapat dampak sekunder pada perairan laut yaitu meningkatnya kekeruhan air, dan terlapisnya insang hewan air oleh lumpur dan tanah hasil pengerukan. Hewan-hewan air tersiksa dan akhirnya mati. Ancaman juga datang dari pencemaran limbah industri, terutama logam berat dan senyawa organoklorin. Dua jenis bahan berbahaya ini mengakibatkan terjadinya akumulasi (penumpukan kandungan) logam berat padang lamun melalui proses yang disebut magnifikasi biologis. Persis seperti proses penumpukan kandungan merkuri yang menimpa kerang-kerangan di Teluk Jakarta.
Selain itu, kebiasaan manusia yang membuang sampah sembarangan ke laut mengakibatkan turunnya kandungan oksigen terlarut di kawasan padang lamun, serta dapat menimbulkan eutrofikasi (peningkatan kesuburan plankton). Hal ini bisa memancing meledaknya pertumbuhan perifiton, sejenis organisme yang hidup menempel di organisme lain. Perifiton yang banyak menempel membuat daun lamun kesulitan menyerap sinar matahari untuk proses fotosintesisnya. Kejadian serupa terjadi jika terjadi pencemaran minyak yang melapisi permukaan daun lamun.
Ada pula pencemaran limbah pertanian, terutama pestisida yang mematikan hewan-hewan di padang lamun. Pupuk yang masuk ke perairan laut di mana padang lamun terbentang juga memancing timbulnya eutrofikasi.
Di tempat hilangnya padang lamun, perubahan yang dapat diperkirakan menurut Fortes (1989), yaitu:
1. Reduksi detritus dari daun lamun sebagai konsekuensi perubahan dalam jaring-jaring makanan di daerah pantai dan komunitas ikan.
2. Perubahan dalam produsen primer yang dominan dari yang bersifat bentik yang bersifat planktonik.
3. Perubahan dalam morfologi pantai sebagai akibat hilangnya sifat-sifat pengikat lamun.
4. Hilangnya struktural dan biologi dan digantikan oleh pasir yang gundul.
Permasalahan utama yang mempengaruhi ekosistem padang lamun di seluruh dunia adalah akibat pengerukan dan penimbunan yang terus meluas dan pencemaran air termasuk pembuangan limbah garam dari kegiatan desalinasi dan fasilitas-fasilitas produksi minyak, pemasukan pencemaran di sekitar fasilitas industri serta limbah air panas dari pembangkit tenaga listrik. Kehilangan padang lamun diindikasikan oleh hilangnya biota laut terutama akibat hilangnya habitat. Di berbagai daerah, hilangnya komunitas padang lamun ini hanya dicatat oleh nelayan setempat karena tidak seperti mangrove dan terumbu karang, komunitas padang lamun tidak tampak nyata.